Tupai dan Burung Gereja
Di desa hutan
ada seekor tupai dan burung gereja, mereka berdua adalah dua hewan yang
memiliki sifat yang berlawanan. Tupai
adalah hewan yang sudah tidak memiliki orang tua, ia hidup dengan kakak
kandungnya. Di bawah asuhan kakak kandungnya ia menjadi seekor Tupai yang
rajin, pekerja keras dan memiliki kemandirian yang tinggi. Beda dengan Burung
gereja, ia adalah seekor hewan yang berkecukupan, dan bergantung dengan orang
tuanya.
Saat Tupai masih
belajar disebuah sekolah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga
dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya.
Bahkan Tupai sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh
gurunya di sekolah. Beda dengan burung gereja yang sangat terkenal sebagai
murid yang menguasai banyak pelajaran di sekolah, namun yang tidak disukai
teman-temannya adalah sifat malas dan sombongnya.
Di suatu pagi, Tupai
datang kesekolah sangat awal sampai-sampai di sekolah belum ada yang datang.
Pukul 06.45 ia sampai di sekolah dan langsung menuju ke kelasnya.
“cekreeeek” suara Tupai membuka
pintu kelasnya yang sepi.
“wah kok berantakan sekali ya” kata
Tupai sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Seketika itu
Tupai langsung mengambil sapu dan menyapu kelasnya hingga bersih, menghapus
tulisan di papan tulis, menyusun kursi hingga rapi. Setelah kelas terlihat
bersih dan rapi, tak lama kemudian teman-teman Tupai datang dengan ekspresi
wajah sangat senang dan ceria melihat kelasnya sudah bersih dan rapi.
“Tupai kamu memang rajin” kata
teman-teman tupai yang baru datang
“hehe tidak juga kok, saya cuman tidak mau
melihat kelas kita kotor” jawab Tupai
Itulah
kebiasaan Tupai, dia menjawab pertanyaan teman-temannya dengan senyuman. Ketika
jam menunjukan pukul 07.20 si Burung Gereja baru datang dan tanpa menyapa
teman-temannya ia langsung duduk di tempat duduknya. itulah kebiasaan Burung
Gereja, ia datang lambat dan tidak memberi salam keteman-temannya yang sudah
datang lebih awal.
tepat jam 07.30
“teng teng teng” lonceng berbunyi menandakan seluruh murid masuk keruang
kelasnya masing-masing. Masuklah pak guru kedalam kelas.
“selamat pagi anak-anak” salam pak
guru ketika memauki kelas
“selamat pagi pak” jawab para murid
“murid-murid, hari ini bapak mau
menguji kalian semua dengan memberikan pertanyaan mengenai pembelajaran yang
lalu, kalau dari kalian tidak bisa jawab berarti kalian tidak belajar” kata pak
guru sambil mengeluarkan kertas soal dari tasnya.
Burung Gereja
terlihat santai dan siap karena ia sangat paham dengan materi yang diberikan
bapak guru pekan lalu, namun si Tupai?... ia kebingungan dan takut apabila
ditunjuk karena Tupai lupa dengan apa-apa yang telah dijelaskan oleh pak guru
minggu lalu, padahal di rumah Tupai sudah belajar.
30 menit
kemudian selesailah pak guru menguji para murid. Al hasil, Burung Gereja bisa
menjawab semua pertanyaan yang diberikan pak guru kepada burung gereja. Namun
sebaliknya dengan Tupai, tidak satu pun ia bisa menjawab, dan itulah yang
membuatnya patah semangat dan frustasi.
Tupai memutuskan
untuk pulang meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam
kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat
lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh didalam sebuah gua. Ketika berada
didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit
demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Tupai pun berguman
dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung,
bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus
mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu
berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika
ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka
ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air
apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti
bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan
sabar.
Sejak saat itu
semangatnya pun kembali tumbuh lalu Tupai kembali ke sekolahnya dan menemui
Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat
tinggi yang terpancar dijiwa Tupai, gurunya pun berkenan menerimanya kembali
untuk menjadi murid disekolah itu.
Sejak saat itu
perubahan pun terjadi dalam diri Tupai. Tupai manjadi murid yang tercerdas dan
malampaui teman-temannya termasuk Burung Gereja dan ia pun tumbuh menjadi guru
cerdas dan memiliki banyak karya hingga di bukukan.
Catatan: “Kisah Tupai diatas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu
dan sesusah apapun itu jika kita betul-betul ikhlas dan tekun serta continue
dalam belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau
putus asa, karena kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit
dari kegagalan, itu baru luar biasa.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar